Minggu, 26 September 2010


Ada baiknya,

            tak mencatat hidup

            dalam lembarlembar buku harian

Suatu masa,

            jika membacanya lagi

            manis, membuat kita ingin kembali

            pahit, membuat duka tak bisa lupa

Ada baiknya,

            merenung hidup

            dalam kloset yang sepi

Tak perlu malu,

            mengenang, tersenyum atau menangis

Setelah itu,

            siram semua

            bersiap menerima makanan baru

            yang lebih baik dari kemarin
         Yogya, 01102001                                                                 kembali ke atas


Kubuka jendela kamar,

Tuhan menyapa

“apa yang kau inginkan hari ini?”

“Tuhan” kataku, “merdekakan jiwajiwa tertindas”



Tuhan tersenyum di semerbak mawar



Nuriku berkicau lirih mencium harumnya

            kubuka sarangnya

            ulurkan tangan

            menyentuhnya

Ia menatap tak percaya

            aku mengangguk

Ia terbang menuju langit biru

Selamat pagi Tuhan

Terimakasih



Jakarta, 01102001                                            kembali ke atas


                      : Jaksa Agung Baharudin Lopa

Usai sudah lagu-lagu ceria menyambut pagi



Kutuang segelas air putih, meneguknya tuntas

    kau bicara di ujung sana,

menyampaikan kabar

    pada kami

    pada kita semua



Sebuah berita kematian menusuk embun



mentari terlonjak

burung berhenti bersenandung

alam berkabung

terdiam

    dengarkan bisik angin!

    "sebentar lagi, tanah ini semakin retak!"



Sebuah lagu didendangkan



Kunyalakan sebatang rokok, menghembus asap

    kulihat ada yang tertawa, dalam asap

    menyambut suka cita, sebuah kabar duka



Jakarta, 04072001                                            kembali ke atas



Tigapuluhtujuh tahun

sebuah lagu kematian berkumandang sudah

tetap dikenang berjuta hati dan otak

dari tubuhtubuh orok yang baru lahir

hingga ragaraga tak bernyawa

tersemat

terpatri

kisah yang sama

tak pernah usai

tak bisa selesai



Milik siapa dan siapa?

Bagi siapa dan siapa?

Mengapa?

Kenapa?



Tak perlu kau jawab

gending sudah ditabuh

sangkakala sudah ditiup



Tigapuluhtujuh tahun

sebuah naskah dipentaskan

di panggung kematian

namun gemanya,

masih mencakar

masih menggigit

masih merobek

masih menghujam



Hingga kini,



Sayang,

tak perlu sedu sedan itu*

tak perlu rintih hiba itu

Sontakkan hati

Berikrar

bagi jiwa-jiwa

yang terampas di alas roban

yang koyak di hutan loyang

yang terbantai di ladang tebu

tanpa kubur

tanpa bunga tabur

tanpa doa dulur

sendiri,

tanpa batur



Sebuah sms kuterima



Selamat datang tigapuluh September

jangan lupa

jam duapuluh lewat lima

di metro tv :]



DARAH ITU MERAH, JENDRAL!**



Jakarta, 30092002                                        kembali ke atas

                                           





Maaf,

Tak bisa kutulis banyak

Tinta habis

Tadi malam kugoresi langit

    dengan namamu......



Jakarta, 12082001                            kembali ke atas





                               





matamu memandang mataku,

jemarimu menyentuh jemariku,

kau tersenyum, aku tersipu;

awal kasih yang sederhana,

karena

Sayangmu tak lebih dari sepenggal pagi

yang selalu membangunkan



kau singkap kelambu hatiku,

kau tuang anggur dalam cawanku,

dua centi meter dari dasarnya,

'aku tak ingin kau mabuk', katamu



karena

Sayangmu tak lebih dari seberkas cahaya yang

menemani malam



tak ada rangkaian kata yang mempesona,

kata-kataku tenggelam dalam dekapmu,

kata-katamu karam dalam rengkuhanku,

detakhatimu gemuruh dadaku, meletup namun tak

menggores, beriak namun tak jadi gelombang,

berayun lembut,

mengatupkan mataku matamu dalam indah

yang tak menjulang



karena

Sayangmu tak lebih dari seteguk air yang

menghapus dahagaku



kau tak biarkan sedihku menjadi tangis,

kau tak biar tawaku jadi lupa,

kau tak pernah pasangkan pasung di kakiku agar

aku bisa berjalan, berlari,

kau tak pernah ikatkan rantai di tanganku,

agar aku bisa genggam dunia,

meraih harapan,

karena

Sayangmu selimut yang menentramkan



kau biarkan aku:

pergi dan datang dalam puisimu

memilih syair menulis kisah sendiri

karena

Sayangmu angin yang membimbing

kau bebaskan aku

jadi jiwa mandiri



karena itu

aku sayang padamu

sungguh...



Cengkeh, 24012003                            kembali ke atas

                                                   


barangkali kita cuma lelah setelah berabad berdebat

melihat pohon dan gunung bertumbangan satu-satu

lembah dan kali bertumpukan batu-batu

dan hujan yang enggan turun ke tanah



barangkali kita cuma lelah setelah berabad marah

melihat sungai dan laut menghitam oleh oli tumpah

kapal ikan yang tak henti menebar jala

mengusir perahu-perahu nelayan ke tepian



barangkali kita cuma lelah kehabisan daya

menghirup asap mobil yang memadati udara

bau busuk menyengat dari sampah berserakan

parit mampat di seluruh pelosok kota



barangkali kita lelah hampir menyerah

pada hukum alam yang mulai berubah

barangkali kita lelah karena cahaya api telah padam

dihembus angin kencang tanpa halangan

barangkali kita lelah karena kita sudah lelah

kehabisan tenaga kehabisan darah



8/8/2002                                                            kembali ke atas
                                           



kenapa tak ada lagi langit

hamparan biru tempat awan

berlari

altar pelangi memberi salam

kepada anak kecil dan orang tua

yang

kesepian di jendela petang



dimana sungai yang membelah kota

mengalirkan damai ke sekujur badan



sebelum melangkah ke kesibukan kota

pagi hingga larut malam



ah, tak ada lagi langit dan sungai

dunia yang zalim telah merampasnya

dari anak-anak yang gemetar

yang kelak bakal terusir

entah kemana



26/8/2002                                            kembali ke atas

                    Kembalikan Indonesia Padaku

                    Hari depan Indonesia adalah duaratus juta mulut yang
                        menganga
                Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
                        sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang
                        menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong
                        siang-malam, dengan bola yang bentuknya seperti
                        telur angsa
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang
                        tenggelam karena seratus juta penduduknya.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.
                Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main
                        pingpong siang malam dengan bola telur angsa di
                        bawah sinar lampu 15 wat.
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan
                        tenggelam lantaran berat bebannya kemudian
                        angsa-angsa berenang di atasnya.
                Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang
                        menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola
                        lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam,
                        yang menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang
                        berenang-renang sambil main pingpong di atas
                        pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta
                        bola lampu 15 wat ke dasar lautan.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.
                Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong
                        siang malam dengan bola yang bentuknya seperti
                        telur angsa
                Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang
                        tenggelam karena seratus juta penduduknya.
                Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
                        sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang
                        menyala bergantian.
                Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang
                        menganga.
                                Kembalikan
                                Indonesia
                                padaku.


Last updated 5/13/2004
Site is developed by Nico Harjanto

Pajak atas Dana BOS

Laporan Manajemen SPJ Dana BOS

Mengisi Buku Bank SiapBOS